Tampak Rohani, Tetapi Sekadar Tampak, Semoga Kita Tidak Demikian
Di era modern ini, menjadi “terlihat rohani” sangatlah mudah. Banyak orang mampu mempresentasikan diri sebagai orang percaya yang saleh—aktif melayani, mengucapkan kata-kata spiritual, bahkan membagikan ayat-ayat Alkitab di media sosial. Namun, pertanyaannya: apakah semua itu berasal dari hati yang sungguh-sungguh mencintai Tuhan? Atau hanya topeng kesalehan?
Kesalehan yang hanya tampak secara luar, tanpa disertai pertobatan sejati dan relasi yang intim dengan Kristus, adalah bentuk kekosongan rohani yang berbahaya. Kekristenan tidak seharusnya berhenti pada simbol dan rutinitas. Ia adalah relasi hidup yang menuntut perubahan dari dalam ke luar.
Dalam Matius 23:27, Yesus menegur para pemuka agama yang gemar menunjukkan kesalehan secara publik tetapi menyembunyikan kebusukan hati mereka: “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran.”
Ini bukan sekadar teguran moral. Ini adalah peringatan bahwa Tuhan tidak melihat penampilan, tetapi hati. Dalam terang ini, kita diajak untuk bertanya secara jujur: Apakah hidup rohani kita sungguh berasal dari perjumpaan dengan Tuhan, atau hanya hasil kebiasaan dan pencitraan?
Di tengah budaya digital, sangat mudah menampilkan kesan yang spiritual. Namun kedewasaan rohani bukanlah soal impresi atau kesan melainkan integritas, kualitas hidup benar. Paulus menulis dalam 2 Timotius 3:5 tentang orang-orang yang “memiliki rupa ibadah, tetapi menyangkal kekuatannya.” Mereka melakukan aktivitas keagamaan, tetapi tidak mengalami kuasa Injil yang mentransformasi hidup.
Spiritualitas semacam ini hanya memberikan kenyamanan emosional tanpa menghasilkan buah pertobatan. Padahal, iman Kristen adalah panggilan untuk disalibkan bersama Kristus dan hidup sepenuhnya untuk Kristus(Galatia 2:20), bukan sekadar tampil sebagai orang baik.
Refleksi dan Ajakan: Jangan Sekadar Tampak
Artikel ini bukanlah ajakan untuk mencurigai satu sama lain, tetapi untuk melihat ke dalam diri sendiri. Apakah hidup kita ditopang oleh hubungan pribadi dengan Tuhan, atau hanya didorong oleh kebutuhan sosial dan ekspektasi orang lain?
Iman sejati tidak selalu terlihat ramai, tetapi ia nyata dalam kesetiaan sehari-hari: dalam kejujuran, dalam kasih kepada sesama, dalam ketekunan doa, dalam pertobatan terus-menerus.
Mari memikiki Iman yang Murni, Bukan Iman yang Hanya Dikemas. Kiranya kita bukan orang Kristen yang sekadar memiliki tampilan luar, tetapi sungguh-sungguh bertumbuh dalam Kristus. Iman bukanlah pertunjukan. Ia adalah perjalanan yang terus dibersihkan, diperbaharui, dan diarahkan kepada Allah yang hidup.
2 Korintus 13:5
Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu! Apakah kamu tidak yakin akan dirimu, bahwa Kristus Yesus ada di dalam diri kamu? Sebab jika tidak demikian, kamu tidak tahan uji.
Kehidupan tampak rohani saja berarti tidak hidup dalam Roh. Mari jangan berhenti pada tampilan, tetapi melangkah menuju transformasi sejati, semakin hidup berkenan di hati Tuhan setiap hari.
SHALOM TUHAN YESUS MEMBERKATI