Berhenti Berteman Dengan Roh Nenek Moyang!

Di balik kemegahan adat Batak dan kebanggaan atas warisan leluhur, tersimpan praktik spiritual yang sungguh menyakitkan hati Tuhan: meminta berkat, kekuatan, atau penyertaan dari roh nenek moyang, yang dalam istilah Batak sering disebut “sahala.” 

Tragisnya, banyak orang Kristen Batak melakukannya tanpa rasa bersalah. Bahkan dianggap sebagai bagian dari “penghormatan.” Namun mari kita buka mata: itu bukan penghormatan — itu pemberhalaan.

Kata "sahala" dalam budaya Batak memiliki arti yang sangat penting. Secara umum, "sahala" berarti: "kekuatan", "kuasa", atau "berkat kekuatan sakral" yang dimiliki seseorang—terutama yang dianggap memiliki wibawa, karisma, atau otoritas spiritual maupun sosial.

Konsep serupa juga ditemukan dalam budaya lain di Indonesia dengan istilah berbeda, namun pada dasarnya menunjukkan pengakuan akan adanya kekuatan adikodrati yang menyertai peran sosial dan spiritual seseorang.

Allah yang Mahakudus tidak pernah rela diduakan, apalagi disejajarkan dengan roh orang mati. Ketika seseorang datang ke makam dan berkata, “Ompung, sertailah aku,” maka sesungguhnya ia sedang mengatakan kepada Tuhan: “Engkau tidak cukup bagiku.”
Inilah bentuk kekejian rohani yang dibenci Tuhan!

“Jangan... meminta petunjuk kepada orang mati... Sebab setiap orang yang melakukan hal-hal ini adalah kekejian bagi TUHAN.”
— Ulangan 18:11–12

Tak peduli seberapa sakral atau “budaya” alasan yang diberikan — jika engkau mencari pertolongan dari roh leluhur, engkau sedang melawan Allah!

Roh Kudus tinggal di dalam setiap orang percaya. Kuasa-Nya cukup. Penyertaan-Nya sempurna. Mengapa masih mencari yang lain?
Mereka yang percaya bahwa “sahala” ompung masih menyertai, telah menolak pimpinan Roh Kudus dan menempatkan roh lain di atas Dia.

“Kamu tidak dapat mengabdi kepada dua tuan...” — Matius 6:24

Ini bukan soal adat. Ini soal keselamatan. Ini bukan soal tradisi. Ini soal kerajaan Allah atau kegelapan.

Mengapa Banyak Kristen Tertipu?
Karena iblis cerdik. ia tidak lagi datang sebagai setan yang menakutkan. ia datang sebagai budaya, sebagai “penghormatan leluhur,” sebagai bagian dari identitas Batak. ia bungkus berhala dengan adat, supaya kita tidak sadar sedang melanggar kekudusan Allah.

“Apa yang mereka persembahkan, mereka persembahkan kepada roh-roh jahat dan bukan kepada Allah.”
— 1 Korintus 10:20

Jangan tertipu! Roh nenek moyang tidak bisa memberi arah hidup. Mereka sudah mati! Dan tidak ada hubungan lagi antara mereka dan kita.

“Orang mati tidak tahu apa-apa.”
— Pengkhotbah 9:5

Pertobatan atau Kebinasaan? 
Ini saatnya berhenti. Potong akar kutuk warisan rohani yang salah. Robek belenggu kepercayaan lama yang dibungkus adat.

Jangan lagi ziarah ke makam dengan maksud meminta berkat. Jangan lagi berkata dalam doa: “Roh ompung, tuntunlah.” Jangan ajarkan itu kepada anak-anakmu.

Ajarkan mereka bersandar kepada Tuhan saja. Wariskan iman, bukan kesesatan.

“Sebab tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan, selain nama Yesus Kristus.”
— Kisah Para Rasul 4:12

Waktunya Bangkit dari Penyesatan Budaya. 
Allah mencari penyembah yang menyembah Dia dalam Roh Kudus dan kebenaran, Yohanes 4:24 — bukan dalam adat dan leluhur. Cukup sudah generasi Kristen yang hidup dalam kebohongan budaya. Ini saatnya kembali kepada Alkitab. Kita bukan hanya orang Batak. Kita murid Kristus!

BERTOBATLAH! DAN BERSIHKAN DIRIMU DARI SEGALA BERHALA YANG DIBUNGKUS BUDAYA.
Allah tidak sedang bermain-main. Api penghakiman-Nya menanti mereka yang menduakan-Nya. “Tuhan, Allahmu, adalah api yang menghanguskan, Allah yang cemburu.”
— Ulangan 4:24

SHALOM TUHAN YESUS MEMBERKATI