Sudahkah Anda Berkemas Pulang Ke Surga?

“Hidup itu singkat dan dadakan, bisa mati kapan saja, mestinya kita berkemas-kemas pulang ke Surga.”

Kutipan singkat ini tampaknya sederhana, namun menyimpan kebenaran eksistensial yang dalam: hidup manusia di dunia ini fana, terbatas, dan tidak bisa ditebak. Tidak ada seorang pun yang mengetahui pasti kapan napas terakhirnya akan terhenti.

Karena itu, ajakan untuk “berkemas-kemas pulang ke Surga” bukan sekadar ungkapan puitis, melainkan seruan serius untuk menjalani hidup dengan kesiapan rohani.

Alkitab secara konsisten mengingatkan bahwa hidup manusia itu singkat—bagaikan embun pagi, seperti bunga yang layu ketika matahari terbit (Yakobus 1:10-11). Namun ironisnya, manusia justru kerap hidup seolah waktu miliknya tak terbatas.

Dalam budaya modern, kita dipacu untuk meraih pencapaian duniawi—karier, harta, ketenaran—tetapi seringkali mengabaikan kebutuhan jiwa dan panggilan kekekalan. Kita membangun rumah besar di dunia, tetapi lupa membangun rumah di Surga.

Kematian tidak datang dengan peringatan. Seperti pencuri di malam hari (1 Tesalonika 5:2), ia bisa datang tiba-tiba—melalui kecelakaan, penyakit, bencana, atau bahkan saat sedang tertawa di puncak kebahagiaan.

Realitas ini seharusnya menggugah kesadaran kita untuk tidak menunda pertobatan. Lukas 12:20 mengingatkan kita tentang orang kaya yang sibuk menimbun hasil panennya, tetapi Tuhan berkata, “Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil daripadamu.” Sungguh, tidak ada yang lebih tragis daripada manusia yang mati dalam keadaan belum berdamai dengan Allah.

Berkemas adalah tindakan persiapan. Dalam konteks rohani, itu berarti hidup dengan hati yang bersih, jiwa yang taat, dan relasi yang akrab dengan Tuhan. Ini bukan tentang fanatisme agamawi, tetapi tentang keseriusan membangun iman yang hidup dan nyata.

Paulus berkata, “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan” (Filipi 1:21). Ungkapan ini bukan retorika, melainkan ekspresi dari seseorang yang telah selesai berkemas: hidupnya bukan lagi milik dunia, melainkan milik Kristus.

Berkemas juga berarti membereskan hal-hal yang belum selesai: mengampuni, berdamai, memperbaiki hubungan, memperhatikan sesama, dan menggunakan setiap waktu untuk melakukan kehendak Tuhan. Ketika kita sadar bahwa waktu kita terbatas, kita akan hidup lebih sungguh-sungguh.

Bagi orang percaya, hidup bukan hanya tentang lahir dan mati, tetapi tentang pulang. Surga bukan dongeng, tetapi janji Tuhan yang pasti bagi setiap orang yang percaya dan setia (Yohanes 14:2-3). Maka hidup di dunia hanyalah perjalanan singkat menuju rumah yang sejati.

Tidak ada yang tahu kapan waktunya tiba. Tetapi seperti gadis-gadis bijaksana dalam perumpamaan (Matius 25), kita dipanggil untuk selalu berjaga-jaga dan siap sedia, membawa pelita yang menyala hingga saat Mempelai datang.

Hidup itu singkat dan penuh kejutan. Ia tidak menunggu kesiapan kita. Maka satu-satunya cara untuk tidak tertinggal adalah hidup dalam kesiapan rohani setiap hari.

Sudahkah kita berkemas?
Jangan menunda lagi. Jangan sia-siakan waktu yang tersisa. Siapkan hatimu, luruskan jalanmu, dan pulanglah dengan penuh sukacita ketika waktunya tiba.

Berkemas - kemas berarti hidup benar dengan serius mencintai Tuhan dan berkata tidak kepada dosa. 

SHALOM TUHAN YESUS MEMBERKATI