Rajin Ke Gereja, Rajin Pula Berbuat Dosa

Fenomena umat masa kini. 
Hari-hari ini, tidak sulit menemukan orang yang rajin ke gereja, bahkan terlibat aktif dalam pelayanan, tetapi sekaligus rajin pula menipu, korupsi, dan hidup dalam dosa tanpa rasa takut kepada Tuhan. Mereka hafal ayat, tahu liturgi, terbiasa menyanyikan lagu pujian, tetapi tidak hidup dalam kebenaran. Fenomena ini menunjukkan bahwa gereja sedang mengalami krisis moral dan spiritual, dan harus segera kembali kepada Injil yang murni.

Rajin Ke Gereja Tanpa Pertobatan: Bencana Rohani
Yesus berkata dalam Matius 7:21-23:
“Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Pada waktu itu Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”

Ini adalah ayat yang sangat serius. Tuhan tidak sedang menilai siapa yang paling rajin ke gereja, bukan berarti bisa bolos yah..
Tetapi siapa yang benar-benar hidup dalam pertobatan dan ketaatan. Bahkan pelayanan pun tidak membenarkan kehidupan yang tidak suci. Rajin ke gereja tanpa pertobatan adalah bentuk kesesatan yang dibungkus liturgi.

Banyak kasus memperlihatkan bahwa warga gereja terlibat dalam kejahatan seperti penggelapan, manipulasi, dan penyalahgunaan jabatan rohani, mereka tidak hanya mencoreng nama gereja, tetapi juga menghina makna pengorbanan Kristus di kayu salib. Iman yang sejati harus tercermin dalam integritas, bukan kemunafikan yang berselimut kekudusan palsu. Gereja dipanggil untuk bertobat dan kembali hidup dalam kebenaran yang memuliakan Tuhan.

Titus 1:16 menggambarkan mereka: "Mereka mengaku mengenal Allah, tetapi dengan perbuatan mereka, mereka menyangkal Dia. Mereka keji dan durhaka dan tidak sanggup melakukan sesuatu yang baik."

Mereka adalah orang-orang yang membajak kekristenan untuk membenarkan kehidupan duniawi mereka. Tetapi Tuhan tidak bisa ditipu oleh tampilan luar.

Gereja harus kembali pada Injil yang menggugat dosa, menuntut pertobatan, dan menyerukan kekudusan. Injil bukanlah alat untuk kenyamanan rohani, tetapi panggilan untuk mati terhadap dosa dan hidup bagi Kristus (Galatia 2:20). Bila gereja hanya menjadi tempat pelarian emosional dan bukan tempat konfrontasi dengan dosa, maka gereja hanya mencetak jemaat yang dekat dengan liturgi, tetapi jauh dari Tuhan. 

2 Korintus 13:5 memperingatkan: "Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu!"

Tanpa pertobatan sejati, kita akan kehilangan Tuhan untuk selama-lamanya. Neraka bukan hanya bagi orang jahat di luar gereja, tetapi juga bagi orang yang rajin ke gereja tetapi menolak hidup dalam kekudusan.

Kasih karunia bukan izin untuk hidup seenaknya. Kasih karunia adalah kekuatan untuk bertobat dan hidup benar. Jika kita terus berbuat dosa dengan sadar setelah mengenal kebenaran, maka kita bukan korban kelemahan, tetapi pelaku kejahatan rohani.

Tidak pernah absen dari kebaktian, tetapi juga tidak pernah absen dari dusta, iri hati, kebencian, dan dosa tersembunyi. mereka bernyanyi tentang kasih, tetapi menyimpan dendam. Mereka angkat tangan menyembah, tetapi tangan yang sama digunakan untuk menjatuhkan sesama.

Rajin ke gereja, bukan karena mencintai Tuhan, tetapi karena ingin menjaga citra sebagai orang rohani, tetapi hatinya tidak pernah menjadi bait Roh Kudus.
Ini bukan ibadah sejati. Ini panggung sandiwara rohani.

Yesus mengecam keras orang Farisi yang seperti ini: "Hai kamu orang munafik! Sebab kamu seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran." (Matius 23:27)

Rajin ke gereja tidak menyelamatkan jika tidak serius mencintai Tuhan. 

SHALOM TUHAN YESUS MEMBERKATI