Makian Dan Hinaan: Nutrisi Batin Dalam Perkenanan-NYA
Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak dapat menghindari berbagai bentuk tekanan, termasuk makian dan hinaan dari orang lain. Reaksi spontan kita sering kali adalah marah, kecewa, atau bahkan menyimpan luka dan kepahitan. Namun, pernahkah kita melihat semua itu dari sudut pandang surgawi? Dari perspektif kasih karunia dan maksud ilahi?
Makian dan hinaan adalah bentuk serangan verbal yang sering kali menyakitkan dan melukai perasaan. Dalam istilah Alkitabiah, hal ini bisa berupa celaan, fitnah, tuduhan palsu, atau ejekan yang diarahkan kepada kita — terkadang tanpa alasan yang jelas. Dunia mengajarkan untuk membalas, membela diri, atau menjauh dari pelaku. Tetapi Injil mengajarkan sesuatu yang sangat radikal: menerima dengan kasih, bahkan memaknainya sebagai “nutrisi batin”. Nutrisi yang menyehatkan jiwa.
"Makian dan hinaan, itu nutrisi yang akan menyehatkan batinmu jika itu dalam perkenananNya."
Ini bukan sekadar kalimat puitis. Ini adalah ajakan untuk melihat penderitaan dari perspektif surgawi. Sama seperti makanan sehat bagi tubuh — meski kadang pahit — menyehatkan organ jasmani, demikian pula makian dan hinaan bisa menyehatkan batin kita bila diterima dalam terang kasih Tuhan. Ketika hati merespons dengan benar, hinaan menjadi kesempatan bertumbuh dalam kerendahan hati, kesabaran, dan keteguhan iman.
Namun, perlu dicatat dengan jelas: tidak semua penderitaan otomatis membentuk kita. Hanya penderitaan yang dijalani dalam perkenanan-Nya — artinya dalam ketaatan dan penyerahan kepada Tuhan — yang akan membawa dampak positif bagi pertumbuhan rohani.
Ketika kita dihina karena kebenaran, ketika kita difitnah karena berdiri teguh dalam firman Tuhan, ketika kita dicemooh karena menolak kompromi dosa — di sanalah perkenanan Tuhan hadir. Dalam momen-momen seperti itulah Roh Kudus bekerja mendewasakan batin kita dan membentuk karakter Kristus dalam diri kita.
Sudah terlalu banyak orang Kristen yang hidup dalam bayang-bayang kepahitan karena tak sanggup mengampuni mereka yang melukai. Padahal, justru dalam luka itulah Tuhan ingin bekerja. Tuhan ingin kita mengubah makian menjadi pelajaran, hinaan menjadi ladang pengampunan, dan tekanan menjadi bahan bakar kerohanian.
Bila kita menyadari bahwa semuanya itu tidak lepas dari pengawasan dan rencana Tuhan, maka kita tidak akan lagi cepat tersinggung atau menyimpan dendam. Sebaliknya, kita akan melihat semua itu sebagai bagian dari kurikulum sorga yang Tuhan izinkan untuk membentuk kita menjadi pribadi yang kuat, matang, dan penuh kasih.
Dua ayat berikut ini memberikan kekuatan bagi kita untuk tetap berdiri teguh di tengah tekanan:
1 Petrus 4:14 (TB):
"Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah, ada padamu."
Roma 8:28 (TB):
"Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah."
Dalam terang firman ini, setiap makian dan hinaan yang datang dalam perkenanan Tuhan, bukanlah kutuk, melainkan sarana penyucian.
Mestinya makian dan hinaan dari siapa pun tidak lagi membuat kita tersinggung, menjadi benci, atau larut dalam dendam. Di dalam kasih dan perkenanan-Nya, semua itu adalah alat pembentuk, sarana pembersih batin, dan bahan bakar cinta yang makin dalam kepada Tuhan.
Semakin dihina, semakin mencintai Tuhan.
Semakin difitnah, semakin bersinar dalam kasih-Nya. Tuhan Yesus menyehatkan batin dan menguatkan iman kita dalam perjalanan menuju kekekalan.
SHALOM TUHAN YESUS MEMBERKATI