Berhenti Bercanda Gurau Dengan Dosa!

Dalam dunia yang serba cepat dan memanjakan hawa nafsu, banyak orang Kristen hidup dalam lingkaran dosa yang berbahaya. Berbuat dosa, merasa bersalah sebentar, lalu mengulanginya lagi—seolah-olah kasih karunia adalah tiket gratis untuk terus bermain-main dengan kejahatan. Mereka hadir di gereja setiap minggu, menyanyikan lagu pujian dengan mulut, melayani dengan tangan, tapi hati mereka terikat dan nyaman dengan dosa yang tidak pernah benar-benar ditinggalkan.

Ini bukan lagi kelemahan, ini bentuk pemberontakan rohani yang dibungkus dalam kemasan religius. Mereka tidak takut akan Tuhan, hanya takut terlihat jahat di depan manusia. Liturgi dipakai untuk menutupi ketidaktaatan, pelayanan dijadikan topeng untuk dosa yang disembunyikan.

Apakah Tuhan masih mengampuni jika dosa dilakukan berulang kali?
Tuhan adalah kasih, dan kasih-Nya tak berkesudahan (Ratapan 3:22-23). Ia senantiasa membuka pintu pengampunan bagi siapa pun yang datang kepada-Nya dengan hati yang hancur. "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita..." (1 Yohanes 1:9). 

Banyak orang menggunakan kasih karunia sebagai alasan untuk tetap hidup dalam dosa. Mereka berkata, “Tuhan kan mengampuni, toh saya tetap beribadah.” Ini adalah penyesatan rohani yang halus namun mematikan. Rasul Paulus dengan tegas menolak pola pikir ini: “Apakah kita akan tinggal dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? Sekali-kali tidak!” (Roma 6:1-2).

Fenomena ini sangat nyata di kalangan anak-anak muda Kristen saat ini. Budaya modern mengagungkan kebebasan pribadi tanpa tanggung jawab. Seks bebas, konten vulgar, narkoba, kecanduan game, hingga kompromi dalam integritas menjadi bagian dari “normal” yang baru. Bahkan banyak yang hidup dalam dosa tersembunyi di balik layar HP, sambil tetap berperan aktif dalam pelayanan gereja.

Tuhan tetap memanggilmu kembali. Namun, jangan pernah menyangka bahwa pertobatan bisa ditunda. Pertobatan adalah keputusan hari ini, bukan besok. Menunda artinya meremehkan kekudusan Allah. “Hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu.” (Ibrani 3:15)

Suami, hentikan kebohonganmu!
Engkau bersikap manis di gereja, tetapi di belakang istrimu, engkau bermain api dengan wanita lain. Berhenti mengotori tempat tidurmu dengan kenajisan! Engkau tidak hanya sedang menipu istri, engkau sedang menantang murka Allah!

Istri, hentikan drama agamamu!
Engkau aktif pelayanan, tetapi di rumah, mulutmu tajam melukai suami dan anak-anakmu. Engkau bicara kasih, tetapi hidupmu penuh manipulasi dan kepahitan. Tuhan tidak terkesan dengan pelayananmu kalau hatimu busuk!

Jangan tutupi dosa dengan pelayanan. Akui, ambil langkah konkret dan serius. 
Banyak anak muda gagal bertobat karena tetap berada dalam lingkungan yang sama. Ganti pergaulan, isi HP-mu dengan konten rohani, dan berjalan bersama dengan Tuhan setiap hari. 

Jadikan Gereja Tempat Pemulihan, Bukan Panggung Pencitraan. Gereja harus kembali kepada Injil sejati yang menyuarakan pertobatan dan transformasi hidup. Firman harus keras terhadap dosa, bukan sekadar menyenangkan telinga. 

Cinta kepada Tuhan bukan teori, tetapi tindakan nyata: hidup dalam ketaatan, menjauhi dosa, dan mencintai kekudusan. 

Jangan bercanda dengan dosa seolah Tuhan tidak melihat. Mengulang dosa tanpa pertobatan adalah penghinaan terhadap kasih karunia. Menyanyikan lagu rohani sambil memelihara kenajisan di hati adalah kemunafikan yang menjijikkan di hadapan Allah. 

Pertobatan sejati menuntut perubahan hidup yang nyata, bukan sekadar rasa bersalah sesaat. “Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan.” (Galatia 6:7)

Serius mencintai Tuhan bukan dimulai nanti saat hidup sudah berakhir, tetapi dimulai sekarang, di bumi ini—dengan pertobatan nyata dan hidup yang kudus. Jangan lagi berteman dengan dosa, bercumbu dengan keinginan daging, atau menunda pertobatan seolah waktu selalu berpihak pada kita. 

SHALOM TUHAN YESUS MEMBERKATI